Kitab Tadzjirat al-Auliya Part 2
Diterjemahkan dari Kitab Tadzjirat al-Auliya karangan Fariduddin al Attar
Kitab ini ditulis Fariduddin Attar dalam bahasa Persia, meskipun judulnya ditulis dalam bahasa Arab. Selain berarti kenangan, kata
tadzkirah dalam bahasa Arab juga berarti pelajaran. Sehingga Tadzkiratul Auliya’ berarti pelajaran yang diberikan oleh para wali
atau guru sufi.
Alasan Attar mengapa ia menulis kitab yang berisi cerita kehidupan para wali (sufi) karena Al-Quran pun mengajar dengan cerita-
cerita, sehingga ia mengikuti contoh Al-Quran dengan menamakan kitabnya Tadzkiratul Auliya’. Sebab lain mengapa cerita para wali itu
dikumpulkan Attar adalah karena ia ingin mendapat keberkahan dari mereka. Dengan menghadirkan para wali (sufi), kita memberkahi diri
dan tempat sekeliling kita.
Kitab ini mengisahkan sebuah babak kehidupan dari masing-masing wali (sufi) berikut:
Hasan dari Bashrah, Malik bin Dinar, Habib al-Ajami, Rabi’ah al-Adawiyah, al-Fuzail bin Iyaz, Ibrahim bin Adham, Bisyr bin Harits,
Dzun Nun al-Mishri, Abu Yazid al-Busthami, Abdullah bin Mubarak, Sufyan al-Tsauri, Syaqiq al-Balkh, Daud al-Tha’i, Al-Muhasibi,
Ahmad bin Harb, Hatim al-Ashamm, Sahl bin Abdullah al-Tustari, Ma’ruf al-Karkhi, Sari al-Saqathi, Ahmad bin Khazruya, Yahya bin
Muadz, Syah bin Syuja’, Yusuf bin al-Husain, Abu Hafshin al-Haddad, Abul Qasim al-Junaid, Amr bin Utsman, Abu Said al-Kharraz, Abul
Husain al-Nuri, Abu Utsman al-Hiri, Ibnu Atha’, Sumnun, Al-Tirmidzi, Khair al-Nassaj, Abu Bakar al-Kattani, Ibnu Khafif, Al-Hallaj,
Ibrahim al-Khauwah, Al-Syibli.
Ahmad bin Harb an-Nisaburi adalah seorang pertapa yang terkenal di Nishapur. Ia seorang perawi hadits yang dapat dipercaya, dan pernah ikut berjuang di dalam berbagai perang suci. Ia datang ke Baghdad pada masa Ahmad bin Hambal dan memberikan pengajaran di kota tersebut. Ia meninggal pada tahun 234 H/849M. Dalam usia 85 tahun.
AHMAD BIN HARB DAN SEORANG PENGANUT AGAMA ZOROASTER
Ahmad bin Harb bertetangga denganseorang penganut agama Zoroaster, yang bernama Bahram. Suatu hari si tetanggaini menyuruh seorang rekannya pergi berdagang. Di dalam perjalanan, semua barang-barangnya kemudian dicuri orang.
Begitu mendengar berita ini, Ahmad berkata kepada murid-muridnya : “Mari! Suaut musibah telah menimpa tetangga kita. Sebaiknya kita mengunjunginya dan menghibur hatinya. Walaupun dia penganut agama Zoroaster, ia adalah tetangga kita.”
Ketika mereka sampai ke rumah Bahram, Bahram sedang menyalakan api pemujaannya. Bahram segera menyambut mereka dan mencium lengan bajunya. Bahram menduga bahwa tamu-tamunya tentu lapar walaupun roti yang dimilikinya pasti tak mencukupi. “Janganlah merepotkan dirimu,” tegur Ahmad bin Harb, “Kami datang untuk menyatakan bahwa kami turut prihatin. Aku mendengar barang-barangmu dicuri orang.
“Memang benar,” Jawab Bahram. “Tetapi aku mereka hanya mengambil separuh dari harta kekayaanku. Yang ketiga : Seandainya pun seluruh harta kekayaanku hilang, aku masih mempunyai agamu, soal harta gampang dicari.
Ahmad bin Harb senang sekali mendengar kata-kata Bahram itu.